Recent Posts

3/recent/post-list

Recent in Fashion

3/recent/post-list

Popular Posts

Skip to main content

Cantiknya Kawah Hijau Gunung Kaba - Bengkulu


Hay sobat, balik lagi ke Destinasi Kita, setelah sekian lama aku ga update tentang perjalanan yang memang tdak bisa dilakukan karena serangan virus yang tengah mengancam bumi, namun akhirnya pada artikel ini aku bisa bertulis sapa kembali dengan pembaca sekalian.

Yeyyy, senang akutuh akhirnya ada konten lagi yang bisa ditulis.

Well, pada tanggal 15 Agustus 2020 kemarin akhirnya aku dapat kesempatan untuk pulang sekaligus ber travelling ke kota Curup, Kab Rejang Lebong, yang ada di Provinsi Bengkulu, tempatnya bunga Raflesia yang gagah bermekaran.

Menikmati cuaca yang dingin layaknya puncak Bogor dengan hembusan angin yang segar disini, menjadikan badan aku seakan benar-benar bersemangat untuk kembali menjelajahi kota kelahiran aku ini.

Di kota Curup ini memiliki banyak objek wisata yang dapat di kunjungi, mulai dari taman bunga, kebun starwberry, kebun teh, danau, hingga gunung.

Semua objek wisata tersebut menjadikan kota Curup sebagai salah satu destinasi wisata tujuan oleh sebagian orang yang berada di luar kota, dan aku sudah mendatangin itu semua kecuali Gunung Kaba (Bukit Kaba).

Gunung Kaba merupakan salah satu gunung berapi aktif yang ada di Provinsi Bengkulu, tepatnya di Desa Sumber Urib, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Gunung Kaba ini memiliki ketinggian sekitar 1938 MDPL, dengan dua kawah yang berawarna hijau dan putih.

Puncak Gunung Kaba bersama kabut dan embun yang sejuk.


Secara umum, sebenarnya terdapat 2 gunung di Profinsi Bengkulu, yaitu Gunung Kaba dan Gunung Patah, namun mungkin karena memang yang lebih gampang di kunjungi dengan jarak yang tidak terlalu jauh, Gunung Kaba menjadi lebih populer di kalangan para pendaki.

Menjadi spesial banget bagi aku untuk mendaki ke Gunung Kaba di karenakan ini menjadi pendakian pertama aku setelah 26 tahun hidup sebagai warga kota Curup, sebenarnya dulu sejak SMA temen-temen aku udah beberapa kali ngajakin buat mendaki ke gunung ini, namun selalu aku tolak karena memang orang tua ga nge-izinin, yah mungkin karena aku ga memiliki pengetahuan yang cukup juga tentang pendakian.

Aku berangkat mendaki pada tanggal 19 Agustus 2020, sengaja ga kesana tangal 17 karena aku yakin itu gunung bakal jadi kayak pasar dengan jumlah pengunjung yang meningkat drastis.

Aku mulai pendakian ini jam 07.00 berangkat dari rumah, dan tiba di basecamp sekitar pukul 07.20 WIB make motor, disana aku menjadi orang pertama pada hari itu yang mendaftar untuk memasuki Gunung Kaba.

Basecamp Gunung kaba di Desa Sumber Urib

Finally, ini menjadi pendakian solo pertama aku, serta gunung pertama yang aku naiki setelah pandemi, di basecamp juga sebenarnya aku disaranin buat nunggu pendaki lain aja kalo ga mau sendirian banget, tapi gimana ya, males aja gitu aku buang-bunag waktu buat nungguin orang lain yang belum tentu ada atau tidaknya.

Untuk mendaki ke Gunung Kaba ini sebenarnya ada 2 jalur yang bisa di pilih, yaitu jalur hutan dan jalur aspal, dan karena ini pertama kali nya buat aku maka aku pilih jalur aspal.

Gerbang Masuk Gunung Kaba Jalur Aspal

Dahulunya,  jalur aspal ini sengaja dibuat karena terdapat kantin dan meurpakan objek wisata yang bisa dikunjungin dengan sepeda motor, mungkin karena berbagai hal menyebabkan kantin yang ada diatas gunung ini akhirnya ditinggalkan dan jalan aspal yang dibuat juga sudah rusak.

Selama pendakian, aku diselimutin oleh kabut yang lumayan tebal dengan hembusan angin yang cukup kencang, sesekali tetesan air yang sepertinya berasal dari embun juga ikut menemani perjalan ini.

Kebayang ga sih lu, nyampe puncak dengan kondisi kabut dan lu tau gada orang diatas, tapi entahlah aku malah semangat dan berasa kaya ini gunung punya aku gitu.

Kondisi jalan yang sunyi dengan kabut yang lumayan tebal.

Berbeda dengan gunung-gunung lainya, aku ga nemu pos-pos pemberhentian, aku juga ga dikasih peta sama pihak basecampnya, satu-satu nya informasi yang aku miliki diawal pendakian adalah bahwa untuk mencapai ke puncak itu dibutuhkan waktu rata-rata 2 hingga 3 jam, jadi sepanjang jalan aku cuma memperhatikan jam yang ada di hp aku doang.

Sesampainya diatas gunung, dengan perkiraan waktu 2 jam aku lantas mencoba mengambil bebrapa gambar sendiri, dan hasilnya?

Tentu saja jelek, hahaha.

Karena memang diatas ternyata tembok kabut masih begitu tebal, jadi aku ga bisa ngedapaetin view apapun sampai kira-kira 1 jam menunggu, lalu kabut perlahan menghilang dan beberapa pendaki lain datang.

Pas banget, aku punya temen buat ngobrol yang lantas bersedia bantu mengabadikan beberapa momen apik diatas gunung kaba, seperti foto ini.


Jadi gimana, tertarik ga mengunjungi Gunung yang satu ini ?

Comments

Post a Comment