Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi, ikan sidat ini sering kali dianggap sama dengan Belut oleh sebagian masyarakat, padahal keduanya jenis ikan yang berbeda.
Ikan sidat memiliki kandungan gizi yang cukup lumayan tinggi, ikan Sidat mengandung vitamin, mikronutrien, Omega 3 (EPA) dan juga omega 6(DHA) yang dapat membantu perkembangan otak. Ikan ini banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia dan Jepang.
Di Bengkulu, terdapat seorang penyuluh penangkapan ikan sidat yang telah berhasil mengedukasi masyarakat untuk melakukan metode penangkapan yang ramah lingkungan. Dengan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan, penyuluh ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Penyuluh penangkapan ikan sidat ramah lingkungan di Bengkulu bernama Randi Anom Putra, beliau kemudian mengajak rekannya Rego Damantara dan Akri Efrianda untuk kemudian membentuk Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR).
Melalui pendidikan dan pengalaman pribadinya, Randi Anom Putra menyadari pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya alam, termasuk ikan sidat.
Salah satu metode penangkapan ikan sidat yang banyak masyarakat pada umunya lakukan adalah dengan metode sentruman dan potassium yang tentu mengancam ekosistem, hal inilah kemudian yang menjadi fokus Randi Anom Putra dan teman-temannya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar beralih metode tradisonal menggunakan Bubu.
Besarnya potensi permintaan ikan Sidat ini pada dasarnya dapat dijadikan sebagai mata pencarian utama masyarakat, namun metode penangkapan yang salah dapat membuat potensi itu hilang sebab kerusakan yang dihasilkan.
Walau demikan, penolakan demi penolakan tak jarang Randi dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) dapatkan selama proses sosialisasi, masyrakat beranggapan hal ini justru akan mengurasi penghasilan mereka, namun semangat Randi dan rekan-rekannya tak goyah, mereka terus saja memberikan sosialisasi bahkan memberikan alat penangkapan Ikan sidat tradisional "Bubu" secara gratiskepada masyarakat hingga akhirnya berasil membuahkan hasil.
Dampak dari metode penangkapan ikan sidat ramah lingkungan yang terus di sosialisaikan oleh Randi Anom Putra dan rekan-rekannya di Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) sangat baik.
Selain mengurangi kerusakan terhadap habitat ikan sidat, metode ini juga meningkatkan hasil tangkapan para nelayan sebab ekosistem yang terjaga sehingga ikan sidat melimpah.
Hal juga ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan mereka dan kesejahteraan keluarga mereka.
Karena harga jual ikan Sidat yang masih hidup juga terbilang lebih tinggi dari ikan sidat yang telah mati, yaitu 60 ribu perkilogram dan bisa untuk di ekspor, sedangkan harga ikan sidat yang mati hanya berkisar 30 ribuan saja perkilogramnya, sehingga mau tidak mau jika masyarakat ingin mendapatkan harga jual yang dua kali lebih tinggi, maka mereka harus mulai berpaling ke metode penagkapan tradisonal menggunakan Bubu atau melakukan pembudidayaan sendiri.
Tawaran harga tinggi ini pula-lah yang kemudian cukup membantu Randi Anom Putra dan rekan-rekannya para Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) untuk membujuk masyarakat hingga saat ini.
Dengan usaha keras dan juga dedikasinya, Randi Anom Putra dan rekan-rekannya di Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) telah menjadi panutan bagi banyak pemuda yang ada di Bengkulu.
Beliau membuktikan bahwa menjaga lingkungan dan mengembangkan metode penangkapan ikan yang ramah lingkungan adalah hal yang mungkin dilakukan oleh siapa saja.
Randi Anom Putra mengajarkan bahwa keberlanjutan sumber daya alam adalah tanggung jawab bersama, dan setiap individu harus dapat berperan dalam menjaga kelestarian alam.
Dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan mensosialisasikan metode penangkapan ikan yang ramah lingkungan, peran penyuluh seperti mereka di Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) sangat penting.
Melalui pendekatan inovatif dan berkelanjutan, para penyuluh ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat di Bengkulu.
Semoga kisah inspiratif Randi Anom Putra dan teman-temannya di Penyuluh Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk ikut turut serta dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan sekitar kita, karena masa depan alam adalah hak para penerus kita nanti sebagaimana orang tua kita dulu telah merawatnya juga untuk kita nikmati saat ini.
Comments
Post a Comment